Asalasah ~ Dalam waktu satu detik, tubuh seorang pria setidaknya bisa memproduksi 1.500 sel sperma. Peneliti berhasil mengungkap bagaimana pencapaian ini bisa terjadi.
Selama hampir 40 tahun terakhir, ilmuwan memikirkan cara sel di dalam testikel yang juga disebut sebagai sel garis hidup menjadi sperma, hanya dalam sebuah dua langkah proses yang sederhana.
Padahal biasanya di hewan lain, sel garis hidup yang tersimpan dan menjadi sperma dalam tujuh cara yang berbeda, menurut eksperimen terbaru yang dilakukan terhadap tikus.
“Apa yang kami coba lakukan adalah tidak ada kemajuan dalam sebuah garis linear dalam perubahan sel menjadi sperma,” ujar Peneliti Robert Braun, yang juga adalah Direktur di Laboratorium Jackson di Bar Harbor, Main.
“Terkadang sel yang terbendung melewati beberapa divisi sel yang banyak untuk sampai ke tempatnya, namun beberapa sperma tidak demikian.”
Peneliti juga menemukan bahwa sebuah sel yang terpisah dari jalurnya untuk berubah menjadi sperma bisa kembali lagi menjadi sel awal, yang sebelumnya dipikirkan tidak mungkin terjadi.
Dalam sebuah studi terbaru, ilmuwan secara genetika merekayasa tikus sehingga sel awal mereka berpendar, memberikan kemampuan tim peneliti untuk mengawasi perkembangan sel.
Ilmuwan juga memberikan label sel spesifik dalam sel garis hidup tikus sebuah warna tertentu dan mengobservasi apa yang terjadi dalam tubuh mereka selama periode beberapa hari.
Riset tersebut juga menghasilkan bahwa sperma berkembang dari sebuah sub bagian kelompok sel terkumpul di garis yang terspesialisasi dalam sebuah testis.
Karena sperma umurnya sangat pendek, maka mereka harus secara konstan diproduksi lagi, catat Braun. Oleh karena itu, rata-rata produksi sperma sebanyak 1500 per detik.
“Sebagai tambahan, kesuburan secara mengejutkan tidak efisien. Harus ada pengisian ulang yang sangat banyak dari sel untuk mencapai tujuan akhirnya, yakni sel telur wanita,” ujar Braun.
Tetapi proses pengisian sel sperma dari masa pubertas ke usia dewasa membutuhkan keseimbangan sel benih.
Sebagai contoh, jika sel yang tertahan di dalam garis hidup untuk waktu yang sangat lama dan tidak berganti menjadi sel sperma, maka seorang pria bisa mengalami risiko kanker testis.
Tetapi jika sel yang tertahan di dalam garis hidup terlalu jarang berkembang menjadi sperma, maka seorang pria menjadi mandul.
Menguak misteri pengembangan sperma suatu hari akan mampu menuntun kepada perawatan tingkat kesuburan atau bahkan pil pengontrol kelahiran dari gender pria yang selama ini sulit didapatkan, ujar Braun, yang penelitiannya juga dimasukkan dalam jurnal Science.
Sebagai contohnya, ilmuwan dapat mempelajari bagaimana memelihara agar sel awal tidak menjadi sperma.
“Lebih banyak kita belajar tentang perilaku normal sebuah sel, maka akan lebih banyak pula kita mengetahui cara memanipulasi mereka,” ujar Braun.
Selama hampir 40 tahun terakhir, ilmuwan memikirkan cara sel di dalam testikel yang juga disebut sebagai sel garis hidup menjadi sperma, hanya dalam sebuah dua langkah proses yang sederhana.
Padahal biasanya di hewan lain, sel garis hidup yang tersimpan dan menjadi sperma dalam tujuh cara yang berbeda, menurut eksperimen terbaru yang dilakukan terhadap tikus.
“Apa yang kami coba lakukan adalah tidak ada kemajuan dalam sebuah garis linear dalam perubahan sel menjadi sperma,” ujar Peneliti Robert Braun, yang juga adalah Direktur di Laboratorium Jackson di Bar Harbor, Main.
“Terkadang sel yang terbendung melewati beberapa divisi sel yang banyak untuk sampai ke tempatnya, namun beberapa sperma tidak demikian.”
Peneliti juga menemukan bahwa sebuah sel yang terpisah dari jalurnya untuk berubah menjadi sperma bisa kembali lagi menjadi sel awal, yang sebelumnya dipikirkan tidak mungkin terjadi.
Dalam sebuah studi terbaru, ilmuwan secara genetika merekayasa tikus sehingga sel awal mereka berpendar, memberikan kemampuan tim peneliti untuk mengawasi perkembangan sel.
Ilmuwan juga memberikan label sel spesifik dalam sel garis hidup tikus sebuah warna tertentu dan mengobservasi apa yang terjadi dalam tubuh mereka selama periode beberapa hari.
Riset tersebut juga menghasilkan bahwa sperma berkembang dari sebuah sub bagian kelompok sel terkumpul di garis yang terspesialisasi dalam sebuah testis.
Karena sperma umurnya sangat pendek, maka mereka harus secara konstan diproduksi lagi, catat Braun. Oleh karena itu, rata-rata produksi sperma sebanyak 1500 per detik.
“Sebagai tambahan, kesuburan secara mengejutkan tidak efisien. Harus ada pengisian ulang yang sangat banyak dari sel untuk mencapai tujuan akhirnya, yakni sel telur wanita,” ujar Braun.
Tetapi proses pengisian sel sperma dari masa pubertas ke usia dewasa membutuhkan keseimbangan sel benih.
Sebagai contoh, jika sel yang tertahan di dalam garis hidup untuk waktu yang sangat lama dan tidak berganti menjadi sel sperma, maka seorang pria bisa mengalami risiko kanker testis.
Tetapi jika sel yang tertahan di dalam garis hidup terlalu jarang berkembang menjadi sperma, maka seorang pria menjadi mandul.
Menguak misteri pengembangan sperma suatu hari akan mampu menuntun kepada perawatan tingkat kesuburan atau bahkan pil pengontrol kelahiran dari gender pria yang selama ini sulit didapatkan, ujar Braun, yang penelitiannya juga dimasukkan dalam jurnal Science.
Sebagai contohnya, ilmuwan dapat mempelajari bagaimana memelihara agar sel awal tidak menjadi sperma.
“Lebih banyak kita belajar tentang perilaku normal sebuah sel, maka akan lebih banyak pula kita mengetahui cara memanipulasi mereka,” ujar Braun.
Baca Juga:
Sumber: http://forum.indowebster.com/forumdisplay.php?f=377&s=483cb7d62de1f1ce10c581b64848c083